RINGKASAN
Trichogramma
sp merupakan musuh alami
dari hama penggerek padi, juga pada hama penggerek tebu dan jagung. Trichogramma sp ini salah satu
parasitoid telur, artinya trichogramma sp
ini menyerang telur hama penggerek padi. Proses penyebaran atau aplikasi dari trichogramma sp ini dengan menggunakan
kertas pias. trichogramma sp pengendali
dari hama penggerek padi, bukan untuk memusnahkan.
Teknik implementasi dari pengendalian
ini menggunakan kertas pias. Istilah Pias yang digunakan disini adalah suatu
lembar kertas yang ditempeli sejumlah telur inang. Untuk kegiatan ini yang
bahan dan alat yang digunakan adalah kertas manila, lem cair dan telur corcyra sp. yang sudah bersih. Telur corcyra sp. ini sebagai inang bagi trichogramma.
Cara trichogramma sp mengendalikan OPT ini adalah trichogramma sp
terbang mencari kelompok telur penggerak yang masih baru untuk diparasit
(memasukkan sel ke dalam kelompok telur dan makan isi telur, ketika habis
menjadi dewasa, akan tebang dan mencari kelompok telur penggerak dan
seterusnya).
Pengendalian hama terpadu (PHT)
merupakan salah satu ciri dari pertanian berlanjut. Pertanian berlanjut adalah
pertanian yang selalu berfikiran jangka panjang. Dengan menggunakan agen hayati
sebagai musuh alami hama, yaitu trichogramma
sp. Maka lingkungan akan tetap seimbang dalam jangka waktu yang lama. Hal
tersebut merupakan suatu keuntungan para petani agar tetap eksis dan terus
berlanjut dalam berbudidaya tanaman.
A. PENDAHULUAN
A.1 Latar Belakang
Kegiatan dibidang perlindungan
tanaman mempunyai peranan yang sangat penting khususnya dalam usaha untuk
membatasi kehilangan hasil atau kerugian yang diakibatkan oleh gangguan hama
dan penyakit. Namun demikian hampir semua serangga hama mempunyai musuh alami
yang mengendalikan populasi hama pada kesetimbangan tertentu. Musuh alami hama
tersebut dapat berupa pathogen, parasitoid telur, larva, maupun pupa dan
predator. Perlindungan tanaman lebih diarahkan pada pembangunan yang berwawasan
lingkungan dan berkelanjutan melalui konsepsi Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Trichograma sp. merupakan parasit telur
yang telah banyak dimanfaatkan dalam pengendalian hama secara hayati.
Parasitoid ini menyerang telur dari serangga yang tergolong dalam ordo
Lepidoptera. Sehingga parasitoid ini dapat mematikan hama sebelum hama tersebut
menyebabkan kerusakan pada tanaman.
Parasitoid ini dapat dipadukan
dengan cara pengendalian yang lain dalam program pengendalian hama secara
terpadu (PHT). Pertanian tidak akan terlepas dari kehidupan manusia dan alam.
Pertanian juga menggunakan pestisida untuk pengendalian organisme pengganggu
tumbuhan (OPT). Hasil yang diperoleh dari usaha tani yang menggunakan pestisida
demikian sekilas memang bagus, baik kualitas maupun kuantitasnya, tetapi jika
kita teliti lebih detail, ternyata dibalik keberhasilan tersebut terdapat suatu
kerugian yang tidak kalah besarnya, yaitu adanya pencemaran lingkungan dan
produk pertanian, pemutusan mata rantai kehidupan dan efek-efek negatif lainnya
yang akan sangat terasa bila sudah berjalan beberapa waktu lamanya.
Efek residu dari penggunaan
pestisida antara lain dapat mencemari tanah disertai matinya beberapa organisme
perombak tanah, mematikan serangga dan binatang lain yang mungkin sebenarnya
binatang tersebut dapat bermanfaat bagi kita sehingga terputusnya rantai
makanan bagi hewan pemakan serangga hama.
Trichogramma
sp. merupakan serangga parasitoid.
Jenis trichogramma sp ada 3, yaitu:
1. Japanicum : parasitoid pada tanaman
padi.
2. Minutun : parasitoid tebu.
3. Cilonis : parasitoid ulat grayak
pada kedelai.
Oleh sebab itu, di sini akan dibahas
tentang parasitoid trichogramma sp. sebagai
agen hayati yang dapat mengendalikan hama penggerek tanaman padi.
A.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan gagasan ini
adalah mendiskripsikan parasitoid trichogramma
sp. mampu mengatasi hama penggerek tanaman padi.
A.3 Manfaat
1. Bagi Penulis
Memberikan pengetahuan baru tentang parasitoid trichogramma sp yang bisa digunakan
sebagai predator penggerek tanaman padi.
2. Bagi Petani
Menambah pengetahuan dan informasi petani khususnya para
petani penanam padi, sehingga mampu untuk mengembangkan tingkat usahanya dan
untuk meningkatkan produksi padi.
3. Bagi Lingkungan
Sebagai solusi untuk mengurangi dampak penggunaan pestisida
yang dapat mencemari lingkungan.
B. GAGASAN
Dewasa ini, pertanian semakin
memperlihatkan kemajuan dari banyak aspek. Demikian juga pada penggunaan bakan
kimia yang biasa disebut pestisida. Hal ini akan berakibat nuruk pada
lingkungan. Oleh karena itu, perubahan akan penggunaan pestisida harus
digalakkan dengan pengendalian hama terpadu yang memanfaatkan agen hayati
sebagai predator dari organisme pengganggu tanaman. Diperolehlah gagasan dari
buku bacaan yang diterbitkan oleh Balai Proteksi. Tanaman Perkebunan Jawa
Timur, Febuari 1998. Tentang petunjuk teknis perbanyakan pias trichogramma dan aplikasi dilapangan, serta
melakukan observasi di Dinas Perkebunan Sidoarjo yang membudidayakan trichogramma untuk hama penggerek tebu.
Adanya kesamaan ordo pada hama
penggerek tebu dan penggerek padi, memungkinkan kita berimajinasi untuk
mengaplikasikan ide bahwa trichogramma
selain digunakan untuk tanaman tebu juga bisa digunakan untuk tanaman padi.
Sebelumnya, solusi dari pengendalian
hama, para petani di Indonesia kebanyakan menggunakan pestisida untuk
memberantas hama penggerek padi, seperti yang kita ketahui bahwa pestisida itu
sendiri merupakan bahan kimia yang beracun, dapat mencemari tanah dan
membutuhkan tenaga juga biaya yang ekstra untuk proses penyemprotan pestisida
ketanaman tersebut.
Dalam hal ini pestisida juga tidak
hanya membunuh hama yang merugikan tetapi juga hewan- hewan disekitar
lingkungan itu, sehingga akan mengakibatkan ekosistem di lingkungan tersebut
menjadi tidak seimbang dan akibat yang paling parah adalah terhentinya proses
budidaya karena rusaknya lingkungan tumbuh tanaman.
Dengan adanya kondisi tersebut
penulis dapat mencetuskan suatu gagasan untuk menggunakan pengendalian hayati
yaitu pengendalian hama dengan memanfaatkan musuh alami yang ada di lapangan
atau diproduksi sendiri untuk menekan populasi hama agar tidak menimbulkan
kerusakan pada tanaman, serta mengurangi penggunaan pestisida. Semakin cepat
pengendalian hama terpadu secara alami dilakukan, akan semakin cepat mengurangi
kerusakan yang telah ditimbulkan oleh hama juga pestisida yang disemprotkan ke
tanaman. Juga akan memperbaiki kondisi lingkungan dan hayati yang semakin lama
semakin punah akibat kerusakan lingkungan.
Pengendalian alami akan sangat
bermanfaat bagi petani. Pengendalian ini memberikan efek yang positif bagi
lingkungan, baik tanaman maupun hewan juga petani tersebut. Hal itu
dikarenakan, hasil dari penanamannya akan meningkat dengan adanya pengendalian
hama penggerek padi yang memanfaatkan musuh alami. Untuk mengaplikasikan kegiatan
penulis membutuhkan dukungan serta kerjasama dengan Dinas Pertanian dan para
petani sebagai pihak yang terkait dalam kegiatan ini, agar nantinya kegiatan
ini dapat berjalan dengan lancar. Jadi, dukungan dari petani juga penyuluh baik
dari pemerintah maupun swasta diharapkan dapat membantu penyebaran gagasan ini
sehingga bermanfaat bagi pertanian Indonesia.
Di samping uraian di atas, seperti
halnya pestisida yang mempunyai kelebihan dan kekurangan. Pengendalian hayati
juga memiliki keuntungan dan kekurangan, yaitu:
1. Keuntungan Pengendalian Hayati:
a. Musuh alami bekerja selektif.
b. Tidak menimbulkan pencemaran
lingkungan.
c. Musuh alami mampu mencari inangnya.
d. Musuh alami dapat berkembang sendiri
dan menyebar sendiri di alam.
e. Tidak menyebabkan hama resisten.
f. Jangka panjang ekosistem stabil
keadaan seimbang antara musuh alami dengan hama.
g. Tidak perlu aplikasi ulang seperti
pestisida sehingga biaya murah.
2. Kelemahan Pengendalian Hayati:
a. Hasil sulit diramalkan dalam waktu
dekat.
b. Pada awalnya diperlukan sarana dan
prasarana banyak sehingga dinilai mahal.
c. Masih memerlukan ahli yang khusus.
d. Masih sering kesulitan pembiakkan
masal musuh alami karena fasilitas belum memadai dan tenaga yang kurang mampu.
Lingkungan dimanipulasi sedemikian
rupa agar tetap seimbang. Hama juga tidak harup dimusnahkan semua, karena musuh
alami juga akan terus membutuhkan hama sebagai sumber energinya untuk hidup.
Keseimbangan lingkungan harus sangat diperhatikan karena jika tidak, maka
predator yang seharusnya menjadi musuh akan berevolusi menjadi hama.
Langkah yang kita ambil untuk
kegiatan ini antara lain dengan mengadakan penyuluhan kepada para petani untuk
memberitahukan kepada para petani tentang alternatif membasmi hama tanpa
menggunakan pestisida yang mana tenaga jauh lebih murah dan juga mereka
mengetahui arti dari trichogramma dan
cara pengembangbiakan trichogramma.
C. KESIMPULAN
Parasitoid
trichograma
merupakan Parasitoid Telur, Contoh
: Telenomus rowani, Tetrasticus sp., Trichogramma sp ( Penggerek
Batang Padi),T. bactrae-bctrae (plutella sp). Parasitoid ini menyerang telur dari hama
penggerek padi, sehingga ketika telur sudah melulai tahap akhir untuk menetas,
maka telur tidak menjadi hama penggerek padi, namun akan menjadi trichogramma
yang tidak menyerang padi. Trichogramma
diharapkan cukup efektif
memarasit telur penggerek batang maupun penggerek tongkol pada tanaman
jagung. Parasitoid trichograma juga untuk memarasit penggerek batang
tebu di lapang cukup efektif. Trichograma
diharapkan mampu untuk dikembangkan sebagai agensia hayati guna pengendalian
hama padi juga pengendalian penggerek batang tebu dan penggerek tongkol jagung.
Teknik implementasi dari
pengendalian ini menggunakan kertas pias. Istilah Pias yang digunakan disini
adalah suatu lembar kertas yang ditempeli sejumlah telur inang. Untuk kegiatan
ini yang bahan dan alat yang digunakan adalah kertas manila, lem cair dan telur
corcyra sp. yang sudah bersih. Telur corcyra sp. ini sebagai inang bagi trichogramma.
Ukuran pias 12 x 2,5 cm dan pada permukaan
12 x 2 cm diolesi lem. Kemudian pada saat lem yang masih basah, telur corcyra sp. ditaburkan diatasnya secara
merata. Telur corcyra sp. ini
berukuran sangat kecil seperti tepung. Pada setiap permukaan 4 cm2 (2x2cm)
dapat menempel kurang lebih 2.000 butir telur.
Trichogramma merupakan parasit telur yang telah banyak dimanfaatkan
dalam pengendalian hama secara hayati. Trichogramma
betina yang baru muncul dapat memarasit setelah terjadi populasi dan melalui
beberapa preoviposisi. Parasit dewasa ini diberi madu yang dioles tipis-tipis
pada bagian pias yang tidak ditempel telur.
1. Perbanyakan Parasitoid Trichogramma
Trichogramma
merupakan parasitoid telur sebagai agen hayati pengendali populasi penggerek
batang padi, maupun penggerek tebu dan penggerek tongkol jagung.
Trichogramma diperbanyak dengan menggunakan inang pengganti seperti telur corcyra
(Li 1994), karena mudah dibiakkan.
Trichogramma
dapat dibiakkan pada inang pengganti
seperti telur corcyra (Brower 1983). Perbanyakan massal parasitoid trichograma
dimulai dengan perbanyakan massal inang pengganti seperti telur corcyra.
Telur corcyra hasil perbanyakan direkatkan pada kertas manila (pias)
berukuran 2 cm x 8 cm dengan menggunakan lem gum arab. Setiap pias berisi
kurang lebih 2500 butir telur.
Kemudian
pias tersebut dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan imago trichogramma diinvestasikan
untuk memarasit telur corcyra. Menurut Alba (1988) rasio yang ideal
untuk mencapai tingkat parasitasi 90% adalah 1 : 6 (satu trichograma betina
dan 6 butir telur corcyra) tetapi menurut Pabbage dan Nonci (2000),
dengan perbandingan 1 : 5 dapat mencapai tingkat parasitasi tertinggi di
laboratorium Balitsereal yaitu 89%.
Telur-telur
yang telah terparasit 4 hari setelah investasi berwarna hitam, dan pada hari
ke-7 setelah investasi muncul parasitoid baru. Populasi ini yang dapat
digunakan untuk pembiakan masal generasi berikutnya. MenurutAlba (1989) bila pembiakan
telah mencapai 20 generasi, generasi berikutnya perlu dikawinkan dengan spesies
liar hasil koleksi dari lapangan untuk mencegah inbreeding. Pelepasan
parasitoid ke lapangan dilakukan pada hari ke 4-5 setelah investasi di
laboratorium.
Ngengat
beras (rice moth) banyak ditemukan
pada bahan makanan seperti padi, beras, jagung, kacang tanah. berkembang pada
kelembaban rendah (< 20 % RH). Serangga dewasa berwarna coklat dengan
panjang 12-15 mm. Imago betina dicirikan dari labial yang panjang dan menjorok
ke depan, imago jantan labialnya pendek.
2. teknik perbanyakan parasitoid telur Trichogramma
1) Media tepung jagung dan dedak dioven
hingga mencapai suhu 150°C, hal ini dimaksudkan untuk mengendalikan hama gudang
lain. Pias yang sudah berisi telur Trichogramma sp. diselipkan pada ajir
yang telah dibelah dan dilindungi dengan gelas plastic.
2) Tancapkan secara merata sedikit di atas
permukaan tanaman, dan untuk menghindari gangguan binatang lain diolesi vaselin.
3) Jarak antar pias ± 25-30 meter
(sesuai dengan kondisi lahan).
4) Dosis pelepasan ± 100 pias/ha (untuk
tanaman padi). Pelepasan dilaksanakan 8 kali. Pelepasan ke-1 : 18 pias,
Pelepasan ke-2 s/d ke-8 masing-masing 12 pias.
5) Waktu aplikasi parasitoid harus
memperhitungkan ketersediaan inang di pertanaman, yaitu jika di pertanaman
telah ditemukan telur serangga hama sasaran. Pada tanaman padi dan jagung
pelepasan diawali pada awal tanam, sedangkan pada tanaman kedelai pelepasan
dilaksanakan pada saat pembungaan.
3. Aplikasi Pelepasan
Cara Trichogramma sp mengendalikan OPT ini adalah Trichogramma sp
terbang mencari kelompok telur penggerak yang masih baru untuk diparasit
(memasukkan sel ke dalam kelompok telur dan makan isi telur, ketika habis
menjadi dewasa, akan tebang dan mencari kelompok telur penggerak dan seterusnya).
Cara mengaplikasi Pias Trichogramma sp sesuai dengan luas lahan
yang ditanami, 1 Ha membutuhkan Pias Trichogramma
sp sebanyak 100 lembar dengan aplikasi sebagai berikut:
1) Aplikasi pertama pada persemaian
umur 15 hari – 4 lembar.
2) Aplikasi kedua tanaman padi berumur
7 – 10 HST diaplikasikan 12 lembar selama 8 kali dengan interval waktu 1 minggu.
3) Jarak pasang dari petang pertama 10
– 15 meter kemudian di tengah dengan jarak 25 – 30 meter.
4. Dampak gagasan
Pengendalian hama terpadu merupakan
salah satu ciri dari pertanian berlanjut. Pertanian berlanjut adalah pertanian
yang selalu berfikiran jangka panjang. Dengan menggunakan agen hayati sebagai
musuh alami hama, maka lingkungan akan tetap seimbang dalam jangka waktu yang
lama. Hal tersebut merupakan suatu keuntungan para petani agar tetap eksis dan
terus berlanjut dalam berbudidaya tanaman.
Musuh alami penggerek padi adalah
parasitoid trichogramma. Parasitoid ini akan mengendalikan populasi dari hama
penggerek padi, sehingga kerusakan dan kerugian akibat hama penggerek padi ini
akan berkurang, dan imbasnya, produksi padi akan meningkat dari biasanya. Hal
ini merupakan suatu keuntungan bagi petani, karena jika penggerek padi ini
dibiarkan saja, maka dapat menyebabkan kegagalan panen yang akan sangat
merugikan petani.
Manfaat lain dari pengaplikasian
gagasan ini antara lain, menjaga kesehatan lingkungan dari bahan kimia
(pestisida), lingkungan akan terus seimbang, dan hemat biaya karena tidak
menggunakan pestisida, juga aplikasian yang mudah tanpa pengeluaran biaya yang
banyak seperti pada penyemprotan pestisida.
DAFTAR PUSTAKA
Jombang, Ppah. 2009.
“Pias Trichogramma sp.”. [online]. Tersedia.
http://ppahjombang.wordpress.com/2009/10/08/pias-trichogramma-sp/.
Li, L.Y. 1994. “Worldwide use Trichogramma
for biological control on different crops: a survey”. In E. Wajnberg
and S.A.Hassan (eds.) Biological Control
with Egg Parasitoids, U.K. CAB International. p. 37 . 54.
Walsh, B., D. Peter, N. Brendan, dan
G. Tonia. 2005. Heliothis in Sweet Corn.
Quennsland: Dept. of Primary Industries and fisheries.
Balai Proteksi Tanaman Perkebunan
Jawa Timur. 1998. Petunjuk Teknis Perbanyakan Pias Trichogramma dan Aplikasi
di Lapangan. Sidoarjo: Dinas
Perkebunan Sidoarjo.
amazing...
BalasHapussemngat perbaikan
BalasHapussiap..mohon dukungan dan kritik yang membangunnya...
Hapuscontoh contoh lain tentang musuh alami untuk tanaman lain misalnya dan jenis jenis musuh alami yang lain . kembangkan blog ini bagus mengulas tentang pertanian.
BalasHapus